tim kami
Digital Resilience Indonesia (DiRI) didirikan dan dijalankan oleh tim profesional yang memiliki keahlian beragam dan komitmen kuat terhadap misi kami. Dari peneliti, jurnalis hingga pegiat literasi dan ahli kampanye digital, setiap individu memainkan peran penting dalam upaya membangun ketahanan digital di Indonesia. Kenali orang-orang di balik kerja kami untuk mewujudkan ruang digital yang lebih baik bagi semua.

Farabi Ferdiansyah
Founder & Direktur Eksekutif
Farabi Ferdiansah adalah seorang ahli komunikasi strategis dengan keahlian mendalam dalam literasi media dan pencegahan intoleransi, radikalisme, ekstremisme, dan terorisme (IRET). Fokus utamanya adalah membangun narasi yang konstruktif melalui berbagai aksi komunikasi untuk menciptakan perubahan sosial.
Sebelum mendirikan Digital Resilience Indonesia, sosok yang akrab disapa Abi ini memiliki pengalaman sebagai Jurnalis NET TV dan Staf Ahli Komunikasi Pemprov DKI Jakarta, di mana ia berkontribusi dalam merancang rencana aksi komunikasi yang mendukung program-program prioritas gubernur. Karier jurnalistiknya juga membawanya meliput isu perdamaian dan konflik di Timur Tengah, termasuk di wilayah perbatasan Turki-Suriah, Palestina, Israel, dan Yordania.
Anggota Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Orwil United Kingdom ini juga meraih fellowship dari The Study of the US Institute for Leadership Students on New Media in Journalism di Ball State University (2012) dan mengikuti fellowship di Asian Center for Journalism (ACFJ) Ateneo de Manila University (2016) serta Chiang Mai, Thailand (2017).
Pada 2023, ia dianugerahi British Chevening Award dan lulus dengan predikat distinction dari program MA Media Practice for Development and Social Change di University of Sussex. Penelitiannya meraih Best Paper Award pada 1st International Islamic Multidisciplinary Conference (2024).
Selain itu, Farabi telah menyutradarai sejumlah film dan kampanye berpengaruh yang berfokus pada isu sosial-politik, refugee, hak asasi manusia (HAM), pencegahan kekerasan, serta upaya kontra-radikalisasi. Karyanya, mendapatkan penghargaan baik lokal maupun internasional. Salah satunya, Abi bersama The Task Challengers mendapatkan penghargaan 2nd Prize for Best Film at the #36HourChallenge during the 21st Cinecity Brighton Film Festival 2023, UK.

Hasrul eka putra
Founder & Direktur Digital Strategy & Partnership
Hasrul sehari-harinya bekerja sebagai Asisten Muda Ombudsman RI pada Kantor Perwakilan Sulawesi Selatan. Sejak mahasiswa ia sudah tertarik dan tergabung pada beberapa organisasi terkait advokasi kebijakan publik dan pelibatan masyarakat. Ia merupakan alumni dari beberapa program nasional dan internasional, termasuk Young Leader for Indonesia (YLI) Program Batch 2 (McKinsey Company Indonesia), Study in the U.S Institute (Indiana, 2012), Taylor-Made Complaint Handling Internship (Den Haag, 2015), YSEALI of Good Governance (Manila, 2022), Certificate IV in Government Investigations (Australian Qualifications Framework oleh Australian Investigation Compliance and Enforcement Training Systems), dan fellow Indonesia School of Internet Governance (2025).
Dalam karir profesionalnya, Hasrul berpengalaman dalam melakukan riset/telaah kebijakan (rapid assessment dan systemic review), resolusi konflik melalui metode partisipatif-progresif (Propartif) dan program partisipasi masyarakat untuk isu-isu publik.
Sejalan dengan pekerjaan profesionalnya, Hasrul mendirikan Digital Resilience Indonesia sebagai insiatif untuk tangguh dan berdaya di tengah gempuran teknologi. Hasrul juga menjadi co-koordinator South-East Asia Youth Internet Governance Forum (https://www.intgovforum.org/en/content/youth-initiatives) dan “DIGITASEA”—komunitas pemuda di 6 negara ASEAN yang berfokus pada isu kesejahteraan digital (digital-wellbeing).

Direktur Digital Campaign for Social Change
Ella Devianti Effendi adalah praktisi komunikasi dengan pengalaman lebih dari sepuluh tahun sebagai jurnalis televisi dan konsultan komunikasi. Berkarier sebagai Senior Producer di NET TV hingga Staf Ahli Komunikasi di Pemprov DKI Jakarta, Ella berpengalaman di bidang produksi berita, media monitoring, riset, hingga penanganan krisis komunikasi.
Di luar karier profesionalnya, Ella juga aktif dalam kegiatan pemberdayaan komunitas yang fokus pada peningkatan literasi pada kelompok rentan mulai dari ibu rumah tangga hingga komunitas tuli. Kini, sebagai Digital Campaign for Social Change di Digital Resilience Indonesia, Ella berkomitmen untuk memperkuat daya tahan digital masyarakat melalui program-program strategis yang berbasis literasi digital dan pemberdayaan komunitas.

Direktur Digital Media Research and Consulting
Karya intelektual Haris lebih banyak diekspresikan melalui tulisan, berupa esai opini dan paper akademik. Beberapa konferensi yang pernah diikuti adalah Global Social Justice Conference (GSJC) Bali (2021) dan International Conference on Indigenous Religions (2022). Haris juga secara aktif melakukan riset antara lain Perempuan dan Radikalisme di Media Siber: Strategi Pendidikan Kontra-Radikalisme Terhadap Perempuan (2022) dan Eksploitasi Narasi Keagamaan: Studi tentang Narasi “Jihad Nikah” pada ISIS Perspektif al-Qur’an (2021).
Sebagai Direktur Digital Media Research and Consulting di Digital Resilience Indonesia, Haris fokus pada isu sosial-keagamaan, digital religion, dan violence-extremism dan bagaimana praktik keagamaan diajarkan kepada generasi muda dalam konteks harmony in diversity di tengah supremasi teknologi dan kecerdasan buatan. Seturut peminatan ini, Haris menjadi penulis dan kolumnis di berbagai media.
Dalam karis profesionalnya, Haris bertanggung jawab terhadap edukasi Gen Z tentang bahaya narasi ekstremisme. Haris juga berkomitmen pada kontra-narasi ekstremisme dan fenomena self-radicalization yang menyasar Gen Z saat ini.

Direktur Digital Resilience Institute
Geril D. Kaluku adalah seorang videografer/jurnalis lepas berbasis di Jakarta. Ia tertarik pada isu-isu sosial, budaya, teknologi, dan lingkungan. Geril saat ini bergiat di Aliansi Jurnalis Independen (AJI) sebuah organisasi nirlaba yang bertujuan untuk memperjuangkan kebebasan pers, hak-hak jurnalis, serta etika dalam praktik jurnalisme.
Geril pernah bekerja sebagai kontributor Kompas TV Gorontalo, reporter di rumah produksi Watchdoc Documentary, dan sebagai konsultan komunikasi di Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial (affiliated Hivos). Selain mengerjakan tugas jurnalistik, ia juga sering terlibat dalam beberapa proyek pembuatan film melalui kolaborasi dengan organisasi non-pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat.
Sebagai Direktur Digital Resilience Institute di Digital Resilience Indonesia, Geril geril fokus pada edukasi dan pembangunan ruang belajar untuk membangun ketangguhan di digital.