DiRI Ajak Kampus Bangun Ekosistem Belajar yang Relevan dan Kompetitif
Home/Program / DiRI Ajak Kampus Bangun Ekosistem Belajar yang Relevan dan Kompetitif
Farabi Ferdiansah, Direktur Eksekutif Digital Resilience Indonesia, mengajak dunia kampus untuk membangun ekosistem pembelajaran jurnalistik yang adaptif, praktikal, dan kompetitif. Dalam sesi diskusi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Farabi menekankan pentingnya fasilitas modern, kurikulum yang relevan dengan teknologi, serta ruang kompetisi kreatif bagi mahasiswa agar siap menghadapi tantangan industri media di era 4.0.

Jakarta - Dunia jurnalistik tengah bertransformasi secara masif di tengah gelombang teknologi digital yang kian tak terbendung. Dalam konteks ini, pendidikan tinggi dituntut untuk tidak hanya mengajarkan teori jurnalistik, tetapi juga membekali mahasiswa dengan ekosistem pembelajaran yang dinamis dan berorientasi pada praktik nyata.

Hal inilah yang menjadi pokok gagasan Farabi Ferdiansah, Direktur Eksekutif Digital Resilience Indonesia (DiRI), saat diundang menjadi salah satu pembicara oleh Program Studi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dalam sesi diskusi bertema jurnalisme di era 4.0.

Sebagai alumni sekaligus praktisi media yang telah menggeluti dunia jurnalistik hingga ke level internasional, Farabi membawa perspektif strategis tentang pentingnya pembaruan kurikulum jurnalistik. Ia menyoroti bagaimana universitas-universitas di Inggris membangun kurikulum berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang adaptif, sembari menciptakan ekosistem belajar yang mendorong produktivitas mahasiswa.

“Di Inggris, pendekatannya bukan hanya sekadar relevansi materi kuliah dengan teknologi terkini, tetapi bagaimana kampus menjadi ruang yang memungkinkan mahasiswa untuk tumbuh melalui fasilitas, pembinaan, dan kompetisi kreatif,” ujar Farabi.

Farabi juga menekankan bahwa tantangan lulusan jurnalistik saat ini bukan lagi sebatas pemahaman teori, melainkan kemampuan menciptakan karya nyata yang berdampak dan kompetitif. Menurutnya, ini menuntut keberadaan ekosistem kampus yang mendukung praktik secara langsung.

Sebagai peraih penghargaan 2nd Prize for Best Film dalam ajang #36HourChallenge at the 21st Cinecity Brighton Film Festival 2023, UK, Farabi memberikan contoh nyata tentang pentingnya fasilitas dan kompetisi sebagai pendorong kualitas. Ia mendorong perguruan tinggi untuk menyediakan gadget, perlengkapan produksi media, dan ruang kolaborasi yang dapat digunakan mahasiswa untuk eksplorasi jurnalistik secara praktikal.

“Mahasiswa perlu terus di-challenge. Lomba, festival, dan forum kreasi bisa menjadi cara efektif untuk menstimulus inovasi sekaligus memperkuat portfolio mereka,” ungkapnya.

Farabi percaya bahwa jika kampus-kampus di Indonesia mengadopsi pendekatan serupa—memadukan teknologi, kreativitas, dan kompetisi sehat—maka lulusan jurnalistik akan lebih siap menghadapi lanskap media yang serba cepat dan berbasis data.

Digital Resilience Indonesia (DiRI) memandang pentingnya transisi kurikulum pendidikan komunikasi dan jurnalistik menuju model yang lebih resilien secara digital. Inisiatif seperti yang disampaikan Farabi menjadi bagian dari komitmen DiRI untuk memperkuat ekosistem pendidikan dan literasi digital yang adaptif, inklusif, dan berkelanjutan.**