Talkshow Sore Ceria RRI Pro 2 Palangka Raya – “Radikalisme Digital Emang Ada?”
Home/Program / Talkshow Sore Ceria RRI Pro 2 Palangka Raya – “Radikalisme Digital Emang Ada?”
Radikalisme digital kini menjadi medan pertempuran terorisme baru di Indonesia, di mana kelompok teroris memanfaatkan media sosial untuk propaganda, rekrutmen, dan pendanaan, bahkan melalui manipulasi emosional seperti "love scamming" yang menargetkan kelompok rentan.

Palangka Raya – Di era digital, medan pertempuran terorisme telah bergeser secara fundamental. Bukan lagi melulu soal aktivitas fisik, ancaman kini menyusup secara senyap melalui gawai dan layar komputer di ruang-ruang privat kita. Fenomena inilah yang dikenal sebagai radikalisme digital.

Dalam beberapa tahun terakhir, medan pertempuran terorisme di Indonesia telah bergeser. Bukan lagi melulu soal aktivitas fisik, melainkan bergeser pada ranah digital. Kini kelompok teroris menggunakan media sosial untuk menyebarkan propaganda, merekrut anggota dan melakukan pendanaan. 

Menyikapi ancaman tersebut, Pro 2 RRI Palangka Raya menggelar talkshow Sore Ceria bertajuk "Radikalisme Digital Emang Ada?" yang menghadirkan narasumber Eksekutif Direktur Digital Resilience Indonesia, Farabi Ferdiansah, MA pada 17 Juli 2025. Dalam diskusi tersebut, terungkap bagaimana kelompok teroris kini memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan propaganda, merekrut anggota, dan melakukan pendanaan.

"Meskipun Indonesia tercatat sebagai negara dengan nihil serangan teroris (zero terrorist attack) dalam 2 tahun  terakhir, pergerakan mereka justru masif ‘di bawah tanah’ mengemas narasi untuk mengumpulkan kekuatan, dan mempersiapkan teror yang bisa dilakukan kapan saja," ungkap Farabi dalam paparannya.

Ia menambahkan bahwa metode yang digunakan sangat halus, personal, dan manipulatif, dengan target utama adalah kelompok rentan seperti anak-anak, remaja, dan perempuan.

Sosok yang kerap melakukan kajian dalam bidang digital dan terorisme ini mengatakan bahwa mungkin bagi sebagian orang ini hanyalah ilusi, namun faktanya hal ini terjadi dan telah menimbulkan dampak yang luar biasa. Secara kuantitas, mungkin jumlah mereka tidaklah banyak, namun secara kualitas, mereka yang terpapar memiliki dampak sangat merusak. 

“Pola pikir mereka bisa mempengaruhi seseorang, atau anggota keluarganya untuk melakukan aksi bom bunuh diri atau terlibat dalam aksi terorisme yang memakan korban jiwa," jelas Farabi. 

Jebakan Love Scamming dan Manipulasi Psikologis

Salah satu metode yang dibahas dalam talkshow ini adalah terkait love scamming dan grooming dalam konteks terorisme. Berbeda dengan penipuan love scamming yang bertujuan menguras harta (money oriented), taktik ini digunakan untuk meraih simpati, merekrut anggota, hingga mendapatkan pendanaan untuk aksi teror.

Kasus Shamima Begum (15), remaja asal Inggris yang terpikat janji pernikahan dengan pejuang ISIS di Suriah pada 2015, menjadi contoh nyata di panggung global. Pola serupa juga terjadi di Indonesia. Dian Yulia Novi (2016) seorang pekerja migran di Taiwan, dan Ika Puspita Sari (2016) pekerja migran Indonesia di Hongkong terjerat bujuk rayu "pernikahan online" hingga bersedia menjadi "pengantin" bom bunuh diri. Listyowati (2020), pekerja migran di Singapura yang dimanipulasi perasaannya hingga terlibat dalam pendanaan kelompok teroris JAD.

“Pola inilah yang harus diwaspadai oleh kelompok rentan, karena mereka masuk sangat smooth, memanipulasi narasi yang tanpa sadar membuat kita terlena untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh mereka,” tegas Farabi.

Wanda, penyiar Pro 2 RRI Palangka Raya pun terkejut dengan pembahsan yang dibawakan oleh Abi, sapaan Farabi. Wanda mengaku mendapatkan insight terkait radikalisme yang bisa menyasar siapa saja, termasuk keluarga,

“Ini seru banget, dapat insight baru buat aku, karena memang di lingkunganku nggak banyak yang aware soal radikalisme,” ujar Wanda excited

Dalam penutupnya, Wanda dan Farabi mengingatkan dapat meningkatkan kesadaran publik akan wajah baru terorisme dan pentingnya literasi digital sebagai benteng pertahanan utama.**